Direktur Komunikasi dan Advokasi WWF-Indonesia Nyoman Iswarayoga menngungkapkan harapannya agar Earth Hour dapat tetap berlanjut. “Jadikan 60+ tersebut sebagai gaya hidup juga,” ungkapnya ketika jumpa pers Earth Hour di Jakarta, Minggu (23/3/2014).
Gaya hidup, menurutnya seperti disiplin mematikan peralatan elektronik ketika tidak dipakai, mencabut alat pengisi piranti elektronik (charger) dari jaringan listrik saat tidak digunakan, serta membuang sampah pada tempatnya dianggap masih kurang bagi masyarakat Indonesia.
Nyoman juga mengungkapkan bahwa konsumsi listrik dan energi di Indonesia semakin meningkat. Menurut dia, indikator kenaikan tersebut dapat dilihat dari kenaikan populasi masyarakat serta pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Kalau memang ekonomi meningkat, berarti orang yang sebelumnya punya radio sekarang jadi punya televisi, yang tadinya pakai motor jadi pakai mobil,” tandasnya.
Survei WWF Global, menurut Nyoman, memperlihatkan bahwa penggunaan energi, sandang, pangan, papan tahun 2012 membutuhkan 1,5 kali bumi yang ada. “Tahun 2050 nanti, butuh dua bumi. Bayangkan, bumi kita hanya ada satu,” jelasnya.
Pertama kali kampanye Earth Hour dilaksanakan di Sydney, Australia, dan secara mendunia sudah dilaksanakan sejak 2007. Kampanye Earth Hour di Indonesia sendiri, selama ini sudah empat kali dilaksanakan.
Selain itu, kampanye tahun ini juga mengalami peningkatan partisipan menjadi 34 kota di Indonesia mulai dari Banda Aceh hingga Sorowako dan Ambon. Demikian kabar yang dilansir Antara.