Perbincangan dibuka dengan rencana Mpok Poetri yang sedang mencari tanah seluas seratus meter persegi disebuah koran, untuk dibeli di daerah Depok dengan Beni. Tapi awalnya Mpok Poetri tidak memberitahukan rencana tersebut kepada dua pelanggan setianya, Bang Indro dan Bang Rafiq.
Kemudian datang Bang Indro yang tiba-tiba menawarkan Mpok Poetri sebidang tanah di daerah Depok, dengan spesifikasi yang diinginkan si pemilik warung kopi. Akan tetapi, Mapok Poetri menolak tawaran tersebut dan tetap menutupi niatnya.
Baru saja mendengar tawaran tersebut, muncul Bang Rafiq yang langsung membuka pembicaraan tentang wacana Depok masuk wilayah Jakarta. Ditambahkan kabar bahwa sudah ada pembicaraan diantara anggota DPR RI, Harry Witjaksono, terkait usulan rencana penggabungan Depok dalam wilayah Jakarta.
Ditambah lagi dengan berbagai keuntungan yang disebutkan jika membuat usaha warung makanan didaerah yang juga terkenal sebagai kota pelajar, karena banyaknya kampus yang berlokasi di Depok. Mendengar hal tersebut, Mpok Poetri pun semakin tertarik.
Karena harga yang dinilai terlalu mahal, seharga Rp 3 miliar, Mpok Poetri tidak tertarik untuk membeli tanah yang ditawarkan Bang Indro. Ia pun kembali kapada pilihan awalnya yang terdapat di koran. Ternyata ada kemungkinan tergusurnya tanah yang dihargai berkisar Rp 250 juta didaerah Depok karena pembangunan jalan tol, yang diungkapkan oleh Bang Indro dan Bang Rafiq.
Akhirnya, Mpok Poetri mengakui niatnya untuk membeli tanah di daerah Depok kepada Bang Indro dan Bang Rafiq. Akan tetapi ketika dia mengungkapkan dana yang disiapkannya hanya Rp 50 juta, kedua pelanggannya pun menjelaskan bahwa dana tersebut tidak cukup untuk membeli tanah yang diinginkannya di Depok.
Salah satu faktor yang menyebabkan pemerintah Depok tidak tertarik dengan usulan penggabungan Depok dalam wilayah Jakarta, adalah kemajuan kota Depok diberbagai bidang yang cukup strategis. Oleh sebab itu juga kemungkinan usulan penggabungan Depok ke dalam wilayah Jakarta muncul.
Menurut I-Listeners bagaimana dampak yang diakibatkan dengan wacana Depok masuk wilayah Jakarta?