Buku pertama yang ditulis oleh sejarawan muda, Allan Akbar, mencoba memberikan kita suatu pengetahuan baru tentang sejarah yang mungkin belum terlalu mendapatkan perhatian dari para sejarawan terdahulu. Oleh karena itu, buku ini layak menjadi salah satu bacaan untuk memperkaya khazanah pengetahuan kita tentang sejarah nasional.
Masa-masa Pergerakan Nasional ramai diwarnai oleh berdirinya organisasi-organisasi nasionalis, rapat-rapat umum, pemogokan buruh dan pemberontakan petani. Untuk membendungnya, pemerintah kolonial membentuk Dinas Intelijen Politik (PID dan ARD) yang bertugas memata-matai dan menangkal aksi-aksi kaum revolusioner.
Dengan menelusuri sumber-sumber yang sulit didapat, buku ini mengulas sepak terjang dinas ini serta respons kaum Pergerakan terhadapnya, lengkap dengan momen-momen seru bak kisah spionase. Anda mungkin tertawa membaca cara-cara Soekarno mengelabui mata-mata yang membuntutinya, atau mungkin terkejut saat tahu bahwa Haji Agoes Salim ternyata pernah menjadi agen Dinas Intelijen yang bertugas memasok informasi rahasia mengenai internal organisasi Sarekat Islam!
Salah satu pengajar sejarah Universitas Indonesia, Bondan Kanumoyoso, menyebut bahwa buku ini akan menjadi sumbangan penting bagi pemahaman kita tentang dunia Pergerakan Nasional Indonesia dari sisi yang berbeda. Sejarawan Hilmar Farid pun menyebut buku ini dapat menerangi salah satu lorong gelap sejarah Indonesia, yakni dunia intelijen politik, maka kita akan sadar betapa banyak warisan negara kolonial dalam kehidupan politik sampai hari ini.
Mungkin I-Listeners mengira bahwa kisah tentang mata-mata hanya ada dalam film James Bond. Setelah membaca buku ini mungkin kita dapat menyadari bahwa hal tersebut pernah terjadi di Indonesia, atau mungkin masih terjadi hingga saat ini.