Meskipun terpisah dengan jarak 12.000 kilometer, terkendala keterbatasan peralatan, serta berbagai masalah teknis, akhirnya kedua tempat dapat terhubung.
Mencontoh yang dilakukan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Dirk Fock, kepada Ratu Wilhelmina di Stasiun Kootwijk 90 tahun lalu, kontak dilakukan dengan menggunakan kode morse. Pesan disampaikan pukul 19.00 atau pukul 14.00 di Belanda.
Seperti yang dikutip dari situs Kompas, pesan pertama yang dikirim dari Stasiun Kootwijk adalah pesan “Hallo Bandung” sebanyak tiga kali dan dibalas dengan kode 599 yang berarti pesan tersebut diterima dengan jelas. Pesan tersebut dibalas oleh posko di Gunung Puntang dengan mengirimkan ulang pesan Fock yang mengabarkan bahwa hubungan telefaks Indonesia-Belanda bebas dari intervensi negara lain.
Pesan balasan dari Posko Gunung Puntang pun dibalas dengan kode 599. Para anggota tim Gunung Puntang pun serentak berteriak kegirangan dan saling menyelami. Mereka pun membalas pesan tersebut yang berisi ucapan semoga sukses, yang dikirim ke Stasiun Kootwijk.
Tomi Prakoso, manajer proyek 90 Tahun Radio Malabar, menjelaskan bahwa inisiatif proyek tersebut dilakukan untuk memperingati hubungan kedua negara. Tomi melanjutkan, bahwa awalnya mereka ingin menggelar acara peringatan yang lebih besar melalui berbagai kegiatan. Akan tetapi karena keterbatasan dana, Tomi melanjutkan, akhirnya mereka memutuskan untuk memilih fokus dengan kegiatan utama.
Agus Gunarso, QSL Manager, menjelaskan bahwa untuk mendapatkan komunikasi paling jelas dengan Belanda mereka menyiapkan enam frekuensi. Pada akhirnya, hubungan yang paling jelas didapatkan pada frekuensi 21.009 megahertz. Agus juga menjelaskan bahwa keunggulan mereka justru karena mereka dapat menjalin sebuah komunikasi yang jernih. Sedangkan terdapat kendala teknis yang juga sempat dialami yakni masalah pada daya listrik yang tadinya bisa menggunakan 400 watt, hanya 100 watt yang bisa digunakan.