Obrolan ketiga penyiar di Warung Mpok Poetri dimulai dengan kejuaraan Thomas dan Uber yang tengah berlangsung di mana tim Uber Indonesia sudah tersingkir kalah dari tim India. Harapan Indonesia saat itu hanya kepada tim Thomas agar bisa maju ke final dan memboyong medali emas.
Ilo sempat menyebut beberapa pemain yang terjun di kejuaraan tersebut, di antaranya adalah Tomi Sugiarto, Dionius Hayom Rumbaka, Simon Santoso, dan Ihsan Maulana Mustofa. Mpok Poetri dan Bang Indro mengaku tidak mengenal nama-nama tersebut. Nama pemain badminton yang mereka kenal terhitung sudah senior seperti Lim Swee King, Rudi Hartono, dan Susi Susanti.
Menyinggung tentang nama-nama pemain saat ini yang tidak dikenalnya, Bang Indro menyebut beberapa kejuaraan dunia di mana nama legendaris tersebut sempat berjaya. Di antaranya All England, Thomas, Uber, Kejuaraan Dunia, Gran Prix, Sea Games, serta penghargaan kehormatan Tanda Bintang Jasa Utama yang sudah diperoleh Rudi Hartono dan Susi Susanti.
Bang Indro masih heran bagaimana prestasi tersebut hilang dan lepas begitu saja pada saat ini. Dari berbagai faktor, obrolan ketiganya menyoroti politisasi yang kerap kali terjadi dalam kepengurusan olah raga.
Bergabung dalam obrolan mereka melalui sambungan telepon, Mimi Irawan, pengurus Komite Olah Raga Nasional Indonesia, yang menceritakan bagaimana kaderisasi atlet saat ini teganjal dengan kualitas calon atlet yang sulit dicari dan sesuai dengan kriteria yang diinginkan. “Banyak yang pendek-pendek gitu,” kata Mimi. Kondisi tersebut, menurut Mimi, tak hanya terjadi di badminton, tapi juga cabang olah raga lain, khususnya untuk atlet perempuan.
Di akhir obrolannya, Bang Indro berseloroh mengenai asal olah raga badminton. Menurut Bang Indro, olah raga ini berasal dari negeri India meski banyak juga yang menyebutkan asalnya dari negeri Cina. Cara membedakannya, menurut Bang Indro, untuk badminton asal India adalah shuttlecock yang terbuat dari bulu ayam. Sedangkan untuk badminton asal Cina? “Dari plastik!” Kata Bang Indro.