Dunia sedang digemparkan dengan penyakit infeksi virus Ebola, yang kini menewaskan banyak penduduk negara-negara Afrika. World Health Organization [WHO] mencatat, sampai saat ini sudah lebih dari 1.000 orang tewas akibat virus mematikan ini, dan hal tersebut merupakan infeksi Ebola terbesar sepanjang sejarah.
Meski sudah ditemukan sejak 40 tahun yang lalu, namun penyakit ganas ini belum ada vaksinnya. Walaupun berbahaya, sebenarnya penyakit ini masih tergolong penyakit yang jarang diderita penduduk dunia. Hal tersebut menyebabkan tidak tertariknya perusahaan farmasi untuk berinvestasi melakukan riset vaksinnya.
Selain langka, para ilmuwan juga mengaku kesulitan untuk melakukan studi di bidang ini. “Berbeda dengan virus cacar, karena bisa menemukan orang yang terpapar penyakit ini di manapun,” ungkap Dr. Willian Schaffner dari Venderbilt University, seperti dikutip dari Kompas.com.
Situasi gawat di Afrika menggerakan orang-orang untuk menandatangani petisi di Change.org, yang berusaha mendorong lembaga pengawas obat dan makanan AS [FDA] membuat vaksin Ebola dan obatnya. Sampai saat ini, sudah lebih dari 4.500 yang ikut menandatangani petisi tersebut.
Kabarnya, sudah sejak Maret lalu sudah dilakukan penelitian untuk pengembangan vaksin Ebola. Hal itu dikabarkan oleh Dr. Anthony Fauci, Direktur National Institute of Allergy and Infectious Disease, yang memperkirakan vaksin akan tersedia pada pertengahan 2015, walau dalam jumlah terbatas.
Namun, hal lain diungkapkan Guru Besar Virus dan Biologi Molekuler Universitas Udayana, Bali, Gusti Ngurah Mahardika. Ia mengatakan bahwa virus Ebola yang terjadi di negara berkembang cenderung tidak diperhatikan para ilmuwan Eropa atau AS, sama halnya dengan penyakit flu burung, rabies, dan HIV/AIDS.
Selain itu, faktor sulitnya mencari hewan yang sama reaksinya dengan manusia ketika terinfeksi virus Ebola. “Penyakit itu terjadi pada manusia dengan hebatnya, sementara pada hewan tidak demikian parah,” jelas Mahardika. Faktor ekonomi negara berkembang juga menjadi salah satu hambatan tersedianya vaksin ebola. « [teks @nandazahra | foto Shutterstock]