Taufiq Kiemas – Megawati: Berawal di Pusara, Berakhir di Pusara

2464
0
megawati-taufiq

Buku tersebut mengungkapkan berbagai kisah menarik seputar perjalanan hubungan diantara kedua politisi tersebut. Kepergian Taufiq Kiemas pada hari Sabtu (08/06) kemarin tentu sangat membuat sedih banyak pihak, terutama sang istri yang ditinggalkan, Megawati.  Dapat dikatakan, kisah cinta mereka berawal di pusara, berakhir di pusara.

Seperti yang diketahui, Taufiq Kiemas adalah teman dari Guntur Soekarno Putra, yakni kakak Megawati. Semenjak tahun 1964 Taufiq dan Guntur sudah berteman ketika mereka berdua sama-sama bergabung di Perkumpulan Inti Pembina Jiwa Revolusi.

Si Bule, adalah nama pangilan yang diberikan oleh Guntur kepada Taufiq semasa muda. Taufiq muda dikenal sebagai pria yang berbadan tinggi, berkulit putih dan tampan. Sejak lama Guntur ingin memperkenalkan Taufiq kepada Megawati, karena sifatnya yang sopan dan santun, akan tetapi saat itu masih sebatas obrolan dan Megawati hanya mengenal calon suaminya kelak itu dari cerita sang kakak.

Pada 1 Juni 1968, Megawati menikah dengan Letnan Satu (Penerbang) Surindro Supjarso. Namun pada 22 Januari 1970, nasib sial dialami Surindro ketika pesawatnya mengalami kecelakaan di Biak, Papua. Karena nasibnya tidak diketahui sampai saat ini, Surindro dinyatakan meninggal. Hal ini menjadikan Megawati sebagai janda.

Pada Juli 1971, Guntur mengajak Taufiq untuk berziarah ke makam Bung Karno di Blitar bersama Panda Nababan. Perjalanan ketiga orang itu berlanjut ke Madiun, tempat tinggal Megawati. Saat itulah Megawati dan Taufiq bertemu untuk kali pertama setelah bertahun-tahun sebelumnya keduanya hanya saling mengenal melalui cerita Guntur.

Cerita kedua sejoli ini pun akhirnya dimulai, semenjak pertemuan itu Taufiq mulai semakin dekat dengan Megawati yang sudah menjanda. Keduanya juga pernah menjadi rekan sesama aktivis di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Mereka berdua pun mulai menjalin hubungan hubungan yang serius.

Pada akhir Maret 1973, Taufiq dan Megawati pun akhirnya menikah. Mereka menggelar pesta sederhana di Panti Perwira, Prapatan – Jakarta Selatan dengan adat Palembang. Ini adalah pernikahan ketiga Megawati setelah dengan Surindro dan pengusaha Mesir bernama Hassan Gamal Ahmad Hasan. Namun ini adalah pernikahan pertama dan terakhir bagi Taufiq Kiemas.

Megawati membawa dua putra, dari pernikahannya dengan mendiang Surindro, yakni Mohammad Rizki Pratama (Tatam) dan Mohammad Prananda (Nanan). Meski bukan putra kandungnya, Taufiq dinilai menyayangi mereka tanpa membeda-bedakan. Pada 1974 barulah lahir putri mereka, Puan Maharani.

Pasangan ini kerap dilanda berbagai permasalahan yang sulit ketika berkeluarga, mulai dari tekanan rezim Soeharto sampai ekonomi yang berat. Namun keduanya tetap gigih dan sabar mengarungi bahtera rumah tangga mereka, bahkan Taufiq juga mendukung sang istri dalam politik dengan menjadi pemimpin Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sampai akhirnya Megawati menjadi Presiden Indonesia pada 23 Juli 2001.

Jika Megawati lebih keras kepala, maka Taufiq lebih mengedepankan persatuan meski berbeda pemahaman politik. Bahkan Taufiq mengedepankan 4 pilar kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika yang membuatnya disegani lawan politik Megawati. Taufiq dianggap sebagai ‘penyambung’ Megawati dalam berpolitik. Walaupun terkadang berseberangan, Taufiq dan Megawati tetap setia dan rukun dalam rumah tangga.

Pada Sabtu (8/6) pukul 19.01 waktu Singapura, Taufiq Kiemas meninggal dunia. Kisah cinta Megawati dan Taufiq yang berawal di pusara juga harus berakhir di pusara makam. Jenazahnya dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta, meniggalkan Megawati yang sudah menjadi istrinya selama hampir 40 tahun.

LEAVE A REPLY