Penyelenggaraan pemilihan legislatif yang diselenggarakan pada 9 April lalu memberi banyak cerita. Salah satu di antaranya adalah pemungutan suara ulang yang harus digelar akibat kesalahan distribusi surat suara.
Selain itu, Bang Indro menyebut tentang praktik politik uang yang dilaporkan terjadi di beberapa wilayah di Indonesia sebelum pencoblosan diselenggarakan. “Serangan fajar” tersebut disebut terjadi di Jawa Tengah tengah dengan besaran mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 25 ribu. Menurut Bang Indro, dalam praktik politik haram tersebut, semua pihak ikut berdosa karena dinilai memperjualbelikan hak politiknya.
Selain itu, bang Rafiq mendapat cerita mengenai caleg peserta yang mencuri kotak suara akibat dirinya tidak terpilih di daerah pemilihannya. Insiden tersebut terjadi di Desa Cekokek, Tambelang, Jawa TImur, dengan pelaku caleg atas nama Muhamad Taufik.
Bergabung dalam obrolan, Ketua Komisi Pemilihan Umum Kota Jakarta Pusat, Arif Bawono, yang menceritakan lancarnya penyelenggaraan pileg di Jakarta Pusat sendiri. Terkait tingkat golongan putih alias golput atau orang-orang yang tidak mempergunakan hak pilihnya, Arif mengklaim, jumlahnya di Jakarta Pusat menurun. Meski disebutkan bahwa jumlah golput nasional meningkat pada pileg tahun ini menjadi 34,02 persen dari pileg pada pemilu tahun 2009 sebesar 29,01 persen.
Arif sendiri mengaku ‘blusukan’ alias keliling di beberapa kawasan di Jakarta Pusat untuk memantau langsung pesta demokrasi rakyat tersebut. Salah satu temuannya adalah pemilih asal Padang dengan undangan mencoblos di daerah pilihnya. Karena tidak ada kelengkapan pindah memilih, Arif mengatakan, warga tersebut tetap tidak bisa memilih di salah satu TPS di Jakarta Pusat yang tengah ia kunjungi saat itu.
Secara keseluruhan, meski masih banyak yang perlu dikoreksi, penyelenggaraan pileg tetap perlu diapresiasi sebagai momentum partisipasi rakyat langsung dalam politik.
Sumber foto: Tempo.co