Jumlah itu akan bertambah menjadi 271,1 jiwa di tahun 2020, dan tahun 2035 bakal mencapai 305,6 juta jiwa.
“Ketika saya mendengar apa yang disampaikan tadi, perasaan saya campur-aduk. Di satu sisi bersyukur negeri ini berpenduduk besar, artinya yang punya kapasitas dan produktif tentu akan membawa kemajuan bagi bangsa kita. Tetapi jika penduduk itu bukan human capital, akan jadi masalah,” kata SBY dalam pidato peluncuran buku ‘Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035’ di Istana Negara, Jakarta, Rabu (29/01/2014).
Presiden berharap populasi sebesar itu menjadi kekuatan, bukan justru kekurangan negara. “Jadi aset, bukan labelitas. Jadi berkah, bukan musibah,” ujar SBY.
Guna mengantisipasi jumlah penduduk yang semakin besar itu, SBY mengaku sedang berpikir bagaimana menyediakan pangan, kesehatan, rumah, dan lapangan pekerjaan untuk mereka. Apalagi semakin lama ada pergeseran status penduduk dari kelas ekonomi menengah bawah menjadi kelas menengah. Artinya mereka membutuhkan pangan dan energi yang lebih besar lagi.
“Kebutuhan pangan dan air bisa naik hingga 40 persen lebih,” kata SBY.
SBY pun bertanya-tanya bagaimana cara memenuhi kebutuhan itu, sebab rasio penduduk juga harus dihitung berdasarkan rasio alam. “Mungkin kita bisa bertanya, sebenarnya jumlah penduduk Indonesia yang pas itu berapa? Jika dibandingkan dengan AS, jumlah penduduk Amerika 350 juta, di atas Indonesia yang 245 juta. Tetapi ingat, tanah Amerika itu 4 kali lebih luas dibanding Indonesia. Indonesia terdiri dari 2 juta kilometer persegi daratan dan 6 juta kilometer persegi lautan. Sementara Amerika daratannya 8 juta kilometer persegi. Itu kita maknai sebagai rasio dan alam yang mendukung,” ujar dia.