Potret Sedih Guru SD Di NTT Memanggul Murid Demi Dapatkan Sinyal Internet

261
0
Potret Sedih Guru SD Di NTT Memanggul Murid Demi Dapatkan Sinyal Internet

Kisah pilu terjadi di Sekolah Dasar (SD) Langgo Satarmese kabupaten Manggarai di Nusa Tenggara Timur (NTT). Seorang guru dari SD rela untuk memanggul muridnya hingga naik ke dinding-dinding atas bangunan sekolah agar dapat sinyal internet.

Kondisi pandemi Covid-19, memaksa setiap siswa-siswa harus bersekolah secara daring. Salah satu tantang selama melakukan sekolah secara online haruslah memiliki perangkat elektronik seperti smartphone, laptop dan juga koneksi internet yang memadai.

Kesulitan pun kerap dialami oleh para murid dalam jaringan internet yang sering bermasalah. Terutama para murid yang berada di daerah terpencil, membuat mereka kesulitan untuk mendapatkan sinyal.

Hal ini pun dirasakan oleh murid-murid di SD Langgo Satarmese kabupaten Manggarai di Nusa Tenggara Timur (NTT). Dibagikan oleh Instagram @nttupdate, terlihat potret seorang guru yang harus berjuang membantu siswa-siswinya dalam menjalani ANBK (Asesmen Nasional Berbasis Komputer).

“Kisah pilu di SD Langgo Satarmese kabupaten Manggarai, akibat sinyal yg tidak menentu,” tulis Instagram tersebut.

“Gurunya mengisi survey lingkungan belajar dan siswanya mengikuti ANBK,” .

“Semoga ada perhatian dari pemerintah. Jauh dari pusat ibu kota negara, mereka tetap semangat dalam melaksanakan program pemerintah.” lanjutnya.

Baca Juga : MS Slim X IRadio: Hidup Sehat Dengan Gizi Seimbang Di Masa Pandemi

ANBK sendiri merupakan program penilaian terhadap mutu setiap sekolah, madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah (beda dengan UN yang menilai individu siswa). Hal ini sangat penting dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Namun, melihat potret sedih seorang guru yang membantu para murid dengan memanggul murid demi mendapatkan sinyal internet, rasanya tidak adil setidaknya jika ingin meningkatkan mutu pendidikan maka harus diratakan kebutuhan dari setiap sekolah terlebih dahulu apalagi yang dipelosok-pelosok susah jaringan.

 

Penulis : Rifqi Fadhillah