“Misalnya perubahan rumah menjadi restoran, perumahan menjadi perkantoran, jalan menjadi tempat pedagang kaki lima, tepi jalan menjadi tempat parkir, pinggir sungai menjadi tempat kumuh. Dengan BMIS masyarakat dapat melaporkan hal tersebut,” katanya.
Sri juga mengatakan diperlukan survei dan perhitungan jumlah kebutuhan Angkutan Kota (Angkot) di Kota Bandung.
Ia mencontohkan di kawasan Kelurahan Taman Sari Kota Bandung ada sekitar tujuh trayek angkutan kota. Menurut dia perlu ada survei untuk memprediksi kebutuhan angkot di Kota Bandung, serta penyederhanaan trayek sehingga dapat mengurangi kemacetan arus lalu lintas.
Sri mengatakan kemacetan terjadi karena adanya percampuran moda transportasi.
“Di jalan ada gerobak, becak, motor, truk, bus, penumpang. Semua melintasi jalan itu, sehingga timbul sistem yang kacau,” katanya.
Untuk lebih efektifnya, kata Sri dapat dibuat kelompok komunitas, seperti Komunitas Angkot, Komunitas Industri, Komunitas Hemat Energi, Komunitas Pendidikan, Komunitas Sadar Lingkungan, Komunitas Sadar Sosial.
“Mereka dapat ikut serta memberi ide. Seperti komunitas industri dapat membicarakan bagaimana penanganan limbah industri. Sehingga kota itu menjadi kota yang cerdas,” katanya.
Sumber: Kantor Berita ANTARA