Tradisi Bau Nyale Di Lombok, Mencari Cacing Warna-Warni di Laut

1691
0
Tradisi Bau Nyale

Jika mencari ikan di laut tentu merupakan hal yang biasa. Tapi bagaimana jika ada sebuah tradisi mencari cacing laut?

Di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Kuta, Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), digelar sebuah tradisi bernama tradisi Bau Nyale. Tradisi dimana masyarakat Sasak Lombok menangkap Nyale (cacing laut warna-warni) di pantai selatan Lombok.

Meski aneh dan unik, tapi ternyata tradisi ini telah dilakukan turun temurun oleh masyarakat Lombok. Tradisi Bau Nyale telah berlangsung sejak sebelum 16 abad silam.

Tradisi Bau Nyale

Setiap tanggal 20 bulan 10 menurut perhitungan penanggalan tradisional Sasak atau sekitar bulan Februari, selalu diadakan tradisi Bau Nyale.

Sebelum dilaksanakannya tradisi Bau Nyale, dilakukan sangkep wariga, dimana pra toko adat berkumpul untuk menentukan hari baik diselenggarakannya Nyale. Setelah itu dilanjut dengan mepasoan, yaitu embacaan lontar yang dilakukan oleh para mamik. Setelahnya, digelar upacara adat bernama Nede Rahayu Ayuning Jagad, dimana para Tetua Adat Lombok berkumpul dengan posisi melingkar, ditengah-tengah mereka diletakkan jajanan serta buah-buahan yang berbentuk gunungan.

Tradisi Bau Nyale

Pada dini harinya, masyarakat mulai turun ke laut untuk mencari cacing laut di Pantai Seger, Kuta, Lombok Tengah.

Tradisi Bau Nyale

Masyarakat Lombok percaya jika nyale atau caing warna-warni merupakan jelmaan Putri Mandalika yang berparas cantik. Putri ini berubah menjadi cacing setelah menceburkan diri ke laut karena menghindari peperangan antar pangeran yang memperebutkan dirinya.

Setelah mendapatkan hasil tangkapan cacing laut, biasanya masyarakat Lombok akan mengolahnya menjadi santapan makanan. Masyarakat Lombok juga biasanya menyantap nyale atau cacing dalam keadaan hidup dan mentah. Nyale segar yang baru saja ditangkap diakui memiliki rasa manis.

Baca Juga : Situs Bersejarah Di Indonesia Yang Diakui Dunia

Tertarik tidak nih I-Listeners untuk mencoba Nyale atau cacing khas Lombok?