Pemerintah Akui Masih Andalkan Impor Kedelai

54
0

Jakarta (24/07/2012) Pemerintah mengakui masih mengandalkan impor sebesar 60 persen untuk memenuhi kebutuhan kedelai di Indonesia. Ditemui di Kantor Kementrian Pertanian Jakarta hari ini Menteri Pertanian, Suswono mengatakan produksi dalam negeri hanya memasok 800 ribu ton  dari total kebutuhan sekitar 3 juta ton per tahun. Menurut Suswono kondisi di Amerika Serikat yang mengalami musim kemarau panjang menyebabkan pasokan kedelai ke Indonesia berkurang dan menyebabkan harga di dalam negeri ikut melonjak. Untuk mengatasi masalah ini, maka dalam jangka panjang pemerintah membutuhkan lahan yang seluas 2 juta hektar untuk lahan pertanian kedelai. Diharapkan jika kebutuhan lahan itu bisa terpenuhi maka ketergantungan kedelai impor bisa dikurangi secara drastis.

Pengrajin Tahu dan Tempe Ancam Mogok Produksi
Sementara itu, sebagai bentuk protes atas melonjaknya harga kedelai dipasaran para pengrajin tahu dan tempe berencana melakukan aksi mogok memproduksi makanan berbahan dasar kedelai itu selama tiga hari berturut-turut, 25 sampai 27 Juli 2012. Diperkirakan, akibat aksi mogok para pengrajin ini, tempe dan tahu akan hilang dari peredaran di wilayah Jakarta, Jawa Barat dan sejumlah daerah di Indonesia. Ketua Pusat Koperasi Perajin Tahu Tempe Indonesia atau Puskopti Jawa barat, Asep Nurdin mengatakan aksi mogok sudah menjadi kesepakatan nasional.

Tidak hanya Jawa Barat, sejumlah daerah seperti DKI Jakarta, Jateng, DIY, Jawa Timur, Banten, Lampung, dan Sumatra Selatan juga akan ikut mogok produksi tempe dan tahu. Aksi mogok ini dilakukan sebagai protes atas mahalnya harga kedelai. Di tingkat eceran di kota Bandung, harga kedelai sudah mencapai Rp 8.000 per kilogram, padahal biasanya berkisar Rp 5.500-5.600 per kilogram. Selain protes terhadap mahalnya harga kedelai  perajin tahu dan tempe meminta pemerintah mengambil langkah atas gejolak harga kedelai dengan cara mengambil alih tata niaga kedelai, agar tidak lagi dikuasai pasar. (eko/ald)

LEAVE A REPLY