Sebentar lagi kita akan memasuki penghujung bulan Februari. Namun, sempatkah Anda bertanya-tanya mengapa jumlah hari dalam bulan Februari lebih pendek dibanding dengan bulan lainnya yang hanya memiliki 28 sampai 29 hari saja.
Kali ini iRadio akan memberi tahu alasan mengapa bulan Februari hanya ada 28 hari. Simak penjelasan berikut ini.
Seorang astronom amatir Marufin Sudibyo mengungkapkan bahwa alasan 28 hari di Februari disebabkan faktor sejarah Romawi. Adapun nama bulan Februari sudah ada dalam kalender Romawi pra-Julian, yakni sebelum era Raja Julius Caesar. Saat itu, kalender Romawi merupakan kalender berbasis pergerakan bulan dan matahari atau saat suryacandra yang disebut lunisolar calendar.
Dalam tahun biasa pada era Raja Julius Caesar bulan Februari berjumlah 28 hari, sementara dalam tahun kabisat selama empat tahun sekali jumlahnya dikurangi menjadi 23 atau 24 hari saja. Sebab, sisa hari dialihkan pada bulan ke-13 atau bulan interkalaris yang berjumlah 27 hari.
“Sementara sisa bulan lainnya berusia masing-masing 29 atau 31 hari. Tidak ada yang berusia 30 hari,” kata Marufin dilansir dari Kompas.com.
Kemudian saat reformasi kalender oleh Raja Julius Caesar pada tahun 46 Sebelum Masehi, kalender Romawi berubah menjadi kalender murni berbasis pergerakan matahari atau kala surya semata. Acuannya, adalah periode tropis matahari yang ditetapkan menjadi 365,25 hari. Sehingga, jumlah bulan dalam satu tahun tetap 12 bulan baik dalam tahun biasa maupun tahun kabisat.
Baca Juga: Teaser Perdana Film Satria Dewa: Gatotkaca Resmi Dirilis
Marufin juga mengungkapkan bahwa pembagian penanggalan oleh Raja Julius Caesar tidak berubah meskipun terjadi reformasi Gregorian pada tahun 1582 Masehi.
“Reformasi Gregorian hanya mengatur bila sebelumnya terdapat 100 tahun kabisat dalam setiap empat abad, maka diubah menjadi hanya 97 tahun kabisat saja dalam empat abad yang sama,” tambanya.
Penulis: Fadia Syah Putranto