7 Alasan mengapa rokok menjadi bagian budaya Indonesia

49
0

Rencana kebijakan pemerintah untuk kembali menaikkan cukai rokok menjadi topik yang paling diperbincangkan publik dalam beberapa hari terakhir. Pro dan kontra pun tak terelakkan, banyak yang setuju karena alasan ekonomi dan kesehatan, namun banyak juga yang menolak karena alasan rokok adalah bagian dari budaya Indonesia.

Untuk hal terakhir yang disebut, benarkah rokok telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari budaya masyarakat Indonesia? Kami coba menelusurinya dari daftar rangkuman daftar fakta unik di bawah ini.

1. Bentuk rasa hormat

Mengutip hasil penelitian dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Dr. Tri Krianto, drs, Mkes “Mengendalikan Rokok Itu Sulit, Tapi Harus!” (2010) bahwa rokok telah melekat cukup kuat di berbagai lapisan masyarakat dan kegiatan sosial di Indonesia.

Bahkan, disebut rokok menjadi simbol rasa hormat penyelenggara kenduri kepada tamu, santri kepada kiai, hingga kebiasaan ‘oleh-oleh’ rokok bagi peserta rapat di Bina Graha pada era Presiden Soeharto. Konon, kebiasaan yang terakhir disebut adalah awal dari munculnya istilah ‘uang rokok’ dalam budaya suap di masyarakat.

2. Rokok bagian dari kebutuhan pokok

Berdasarkan data Survei Ekonomi Nasional 2014 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata pengeluaran masyarakat untuk konsumsi tembakau dan sirih adalah sebesar 11,4 persen dari totap pengeluaran untuk kebutuhan pangan sehari-hari.

3. Budaya merokok dibawa oleh penjajah

Ditilik dari sejarah umum dunia, rokok pertama kali ditemukan oleh petualang Eropa saat mendarat di benua Amerika pada abad 15. Di sana, tembakau biasa dimanfaatkan oleh suku asli setempat sebagai medium relaksasi dengan cara yang kita kenal sekarang sebagai rokok.

Singkat cerita, budaya rokok pun dibawa oleh para petualang Eropa ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia melalui kedatangan Portugis. Setelah diketahui tanah Indonesia cocok untuk budidaya tembakau, budaya rokok pun menyertai perkembangan industri tanam tembakau yang bernilai ekonomi cukup tinggi.

4. Mulai merokok sejak di bawah usia 19

Jajak pendapat yang dilakukan oleh Harian Kompas pada 18-20 Mei 2016 lalu menunjukkan fakta sebesar 58,3 persen responden yang merokok mengaku pertama kali berkenalan dengan rokok pada usia sekolah atau di bawah 19 tahun. Kurangnya kontrol pembelian rokok di masyarakat adalah salah satu faktor utama fenomena merokok sejak dini marak terjadi.

5. Cukai rokok Indonesia paling rendah di dunia

Tobacco Control Support Center Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (TCSC – IAKMI) pernah merilis survei Euromonitor International pada 2013 lalu, di mana menunjukkan harga rokok Indonesia sangat murah. Sebagai contoh, harga rokok premium kurang dari RP 1.000 per batang, ketiga termurah di ASEAN setelah Kamboja dan Vietnam. Dari mana hal tersebut berasal? Kebijakan cukai yang rendah oleh pemerintah.

6. Bisa membeli rokok secara eceran

Sejauh ini, negara yang diketahui menganggap lumrah penjualan rokok secara eceran adalah Indonesia. Bahkan, perusahaan rokok tidak segan beriklan cukup masif tengan penawaran harga kompetitif untuk pembelian rokok secara eceran. Tidak percaya? Silahkan perhatikan poster iklan yang banyak ditempel di pinggir jalan di luar DKI Jakarta.

7. Pro pada konsep Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

Laporan WHO pada 2015 lalu menempatkan Indonesia sebagai negara dengan konsumsi rokok terbesar keempat di dunia setelah Tiongkok, Rusia, dan Amerika Serikat. Namun menariknya, justru hampir seluruh responden (90,5 persen) perokok setuju terhadap adanya kebijakan KTR.

TEKS: HAPPY FERDIAN

FOTO: DOK. ESQUIRE

Source: Esquire

I-Listeners jangan sampai ketinggalan berita-berita menarik! Terus dengerin 89.6 FM atau bisa streaming di sini.

Baca juga:
Tanta Ginting kembali jadi gimbal di film “Berangkat”
“Banda: The Dark Forgotten Trail” akan tayang besok!
Routine Coffee & Eatery Bintaro

 

LEAVE A REPLY