Jakarta (17/07/2012) Hasil survey dalam Pemilukada DKI putaran pertama lalu dinilai banyak yang tidak kredibel dan ilmiah. Demikian disampaikan oleh Peneliti dari PRIDE Indonesia, Agus Herta Sumarto dalam diskusi bertema survey ilmiah atau dagangan di Jakarta hari ini. Agus menilai perbedaan hasil survey sebelum dan sesudah hari pencoblosan Pemilukada DKI Jakarta 2012 ini terjadi karena bisnis survey cukup menggiurkan.
Meski demikian, Agus mengakui masih ada beberapa lembaga survey lainnya yang bisa dipercaya oleh masyarakat. Hal tersebut bisa dilihat dari track record atau rekam jejak lembaga survei itu independensi lembaga survei dan apakah lembaga survey tersebut memiliki konsultan atau tidak. Untuk itu, ia menilai pentingnya peran media untuk membantu masyarakat dalam menyikapi hasil survey apakah kredibilitas dan keilmiahannya bisa dipertanggungjawabkan.
Peneliti dari PRIDE Indonesia, Agus Herta Sumarto menambahkan untuk bisnis survei dalam massa Pemilukada bisa menghasilkan keuntungan hingga Rp 700 miliar lebih. Peluang bisnis yang besar ini akhirnya dimanfaatkan oleh berbagai lembaga survey yang ada untuk mendapatkan keuntungan dari para calon kandidat tanpa memperhitungkan kredibilitas hasil survei itu sendiri.
Ia mencontohkan, beberapa diantaranya adalah survey yang dilakukan oleh Lingkaran Survei Indonesia atau LSI, Cyrus Network, Puskaptis dan Median, dimana keempat lembaga survei ini sebenarnya menggunakan metode survei dan pertanyaan yang relatif sama dan dengan waktu pelaksanaannya yang tidak jauh berbeda, namun hasilnya berbeda satu sama lain. (eko/din)