Batik truntum sebagai budaya ungkapan kasih sayang

185
0

Bagi sebagian orang yang berasal dari suku Jawa, mengungkapkan cinta dan kasih sayang secara tradisional adalah dengan mengenakan batik truntum.

Truntum diambil dari asal kata bahasa Jawa yaitu “taruntum” artinya “tumbuh kembali” atau “bersemi kembali” bisa juga berarti “semarak kembali”.

Batik truntum merupakan gambaran serupa kuntum; kembang di langit yang bentuknya digambarkan serupa kembang tanjung.

Batik yang sering digunakan untuk adat perkawinan tradisional Jawa ini, bercerita tentang harapan akan kesetiaan yang harmonis. Filosofi ini sering dinarasikan pula dengan filosofi hubungan spiritual persona Jawa dengan Tuhannya.

Hal ini berkaitan erat dengan sejarah diciptakan batik truntum, seperti yang dijelaskan di dalam buku Kode-Kode Nusantara. Pada zaman Sunan Pakubuwono III Surakarta Hadiningrat sekitar abad ke-18 silam, Ratu Kencana merasa diabaikan oleh sang suami karena kesibukannya dan adanya selir baru di keraton.

Kala kecemburuannya merasuk, Sang Ratu semacam mendapat sebuah petunjuk dari Yang Maha Kuasa untuk mengungkapkan kasih sayangnya dengan membuat batik truntum.

Dalam proses pembuatannya kala itu, Sang Ratu terinspirasi dari tebaran bintang-bintang di langit.

Perbintangan diyakini selalu erat kaitannya dengan kalender tradisional di berbagai belahan dunia. Karena kesetiaan bintang untuk berada pada posisi dan waktu tertentu yang menjaga akurasi penandaan manusia dan waktu.

Oleh karenanyalah, batik teruntum menjadi sebuah simbol kesetiaan, kasih sayang, dan juga keharmonisan bagi sebagian orang yang berasal dari suku Jawa.

I-Listeners jangan sampai ketinggalan berita-berita menarik! Terus dengerin 89.6 FM atau bisa streaming di sini. [teks Gabriella Sakareza / sumber + foto sobatbudaya]

Baca juga:
Nikmatnya teh berbagai rasa di Lewis & Caroll Tea
Mengeksplorasi Pulau Sumba bersama Meizal Rossi
Toko Roti Jadul, yang tak ada matinya

LEAVE A REPLY