Jakarta (05/07/11) Dai sejuta umat, KH Zainuddin Muhammad Zein atau biasa disapa Zainudin MZ menghembuskan nafas terakhir hari ini di Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta. Kiai kelahiran Jakarta, 2 Maret 1951 ini, meninggal akibat menderita sakit jantung dan diabetes. Ia meninggalkan seorang istri Hajah Kholilah dan empat orang anak. Menurut salah satu anak Zainuddin, Lutfi MZ, di rumah duka kawasan Gandaria Jakarta, seluruh keluarga merasa kehilangan dan kaget, karena tidak firasat sebelum sanga ayah meninggal. Ia menduga, ayahnya terlalu lelah dengan kepadatan jadwal ceramah. Almarhum, menurut Lutfi, adalah sosok ayah yang sabar dan disiplin mendidik anak-anaknya. Kepergian KH Zainuddin MZ menyebabkan duka di banyak kalangan dan masyarakat luas. Di rumah duka, terlihat banyak tokoh baik politisi, pejabat, serta artis yang menyempatkan diri melayat, diantaranya tokoh PKB Ali Maskur Musa, Tokoh Partai Golkar Akbar Tanjung, Walikota Jakarta Selatan Anas Effendi, artis Rhoma Irama, serta sejumlah tokoh agama seperti Kiai Haji Ahmad Sumargono, Ustad Jefri Al Buqori dan Habib Munzir. Salah satu pelayat anggota BPK dan Mantan Ketua KPK Taufiqurahman Ruki, punya kenangan tersendiri dengan almarhum Zainuddin MZ. Menurutnya, almarhum adalah pembicara yang sulit dicari tandingannya. Ia mengatakan, almarhum sempat berpesan padanya untuk menyampaikan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, agar Presiden mengakhiri jabatannya dengan husnul khotimah, melalui kebijakan pembenahan yang maksimal terhadap negeri ini. Selain itu, di mata Taufiqurahman Ruki, KH Zainudin MZ adalah sosok nasionalis.
I-listeners, jenazah Kiai Haji Zainudin MZ yang merupakan anak tunggal dari Turmudzi dan Zainabun ini, dimakamkan di kompleks Masjid Fajrul Islam Jakarta. Zainuddin menempuh pendidikan tinggi di IAIN Syarif Hidayatullah, dan berhasil mendapatkan gelar doktor honoris causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia. Semasa hidupnya almarhum aktif berdakwah dan masuk Partai Persatuan Pembangunan, yang kemudian ikut menggalang kekuatan PPP Reformasi, yang belakangan menjadi Partai Bintang Reformasi. (bas/ww)