Mengambil waktu jeda (break time) dalam bekerja memang perlu agar pikiran segar dan tidak mumet. Namun kalau pilihan jedanya untuk membuka media sosial, hati-hati Ilisteners!
Menurut Tara Adhisti de Thours, BA, M. Psi, psikolog klinis dari Sanatorium Dharmawangsa, mengambil waktu jeda dengan bermain sosial media – semisal meng-scroll halaman instagram – bisa mendatangkan depresi kalau karakter orang yang memainkan sosial media yang minder atau low self esteem, dan pemikirannya suka negatif – entah itu memfitnah atau gosip.
Pasalnya, unggahan sosial media cenderung hal yang bersifat baik-baik. Hal yang ditakutkan ialah bila orang bercermin momen-momen yang dilihat di sosial media lalu dia bercermin dengan hidupnya merasa sendiri dan merasa hidupnya kurang lebih baik lalu ia tidak punya kemampuan memertahankan diri dan memotivasi diri.
Efeknya, pikiran-pikiran negatif yang muncul, dan kemudian membebani pikiran hingga akhirnya depresi.
“Lihat dulu sebenarnya kita tipe orang seperti apa? Kalau karakter kita pemistis dan nggak percaya diri itu bisa bikin depresi. Itu sudah dibuktikan oleh penelitian bahwa sosial media picu depresi,” ungkapnya, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
“Alasannya, karena kalau kita tidak bisa memotivasi diri, sehingga bukan emosi positif yang muncul tapi emosi negatif. Dan, alih-alih ingin semangat setelah mengambil waktu jeda, malah cenderung lemas dan malas,” tambahnya.
Menurut Tara, semua orang yang ingin mengambil manfaat dari break time harus kembali fungsinya, yakni mengalihkan pikiran. Sebab, kalau seseorang sudah tahu, kegiatan break time yang dipilih tidak akan kontraproduktif.
“Oleh karenanya, kalau mau buku sosial media, katakanlah Instagram, tanya dulu diri sendiri: ‘kita kuat nggak?‘ kalau nggak, ya jangan lakukan,” pungkasnya. (Qalbinur Nawawi/ Free. Pik)
Sumber Mother and Baby Indonesia