Jakarta Menjadi Kota Dengan Kualitas Udara Terburuk di Dunia, Apa Penyebabnya?

Berdasarkan data kualitas udara atau air quality index/AQI melalui laman IQAir Senin (20/6/22) pagi, Jakarta menjadi kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.

Urip Haryoko selaku Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG sebelumnya telah menerangkan bahwa beberapa hari terakhir terhitung sejak Sabtu, 18 Juni 2022, tingkat polutan di Jakarta mengalami kelonjakan. Menurut data BMKG, kadar polutan berada pada level 148 µg/m3.

Urip mengungkapkan bahwa kualitas udara di Jakarta dipengaruhi oleh berbagai sumber emisi. Sumber emisi itu berasal dari sumber lokal, seperti transportasi dan residensial, ataupun dari sumber regional dari kawasan industri. Selain itu, pergerakan angin membuat polutan bergeser dari sumber emisi ke lokasi lain.

“Tingginya konsentrasi PM2.5 dibandingkan hari-hari sebelumnya juga dapat terlihat saat kondisi udara di Jakarta secara kasat mata terlihat cukup pekat/gelap,” kata Urip seperti dikutip dari Antara, Minggu (19/6).

Melansri dari detikcom dari situs IQAir, data ranking kualitas udara itu terkumpul per pukul 07.11 WIB, Senin (20/6/2022). DKI Jakarta berada menempati posisi pertama dengan catatan AQI atau indeks kualitas udara di angka 192 atau tidak sehat saat dilihat per pukul 07.36 WIB.

Di sisi lain, merujuk aplikasi JAKIspu milik Pemprov DKI Jakarta, sejumlah wilayah tercatat memiliki kualitas udara tidak sehat pagi ini. Indeks kualitas udara di lima wilayah Jakarta masuk kategori tidak sehat dengan angka di atas 100.

Sumber data yang diambil Pemprov DKI ini merujuk pada data Dinas Lingkungan Hidup:

Berikut data indeks kualitas udara versi JAKIspu yang diambil dari data Dinas Lingkungan Hidup:
Jakarta Timur: 129 (Tidak Sehat)
Jakarta Pusat: 112 (Tidak Sehat)
Jakarta Selatan: 110 (Tidak Sehat)
Jakarta Barat: 103 (Tidak Sehat)

Baca Juga: 5 fakta Penggarapan Film Pengabdi Setan 2, Ada Bantuan Netizen

Melihat kondisi seperti yang sudah dijelaskan di atas, I-Listeners diimbau untuk selalu menjaga kesehatan dengan menggunakan masker dalam berkegiatan.

Penulis: Fadia Syah Putranto