Setiap 11 September, kita memperingati Hari Radio Nasional. Sekaligus peringatan hari kelahiran Radio Republik Indonesia (RRI) yang didirikan pada 11 September 1945. Itu juga yang menjadi sebab mengapa peringatan Hari Radio kerap disebut juga sebagai Hari RRI.
Lalu, fakta menarik apa saja tentang radio nasional?
Guglielmo Marconi, penemu dan pengembang radio
Mungkin sampai saat ini kita belum tentu bisa mendengarkan radio kalau bukan karena jasa dari Guglielmo Marconi. Insinyur listrik asal Italia ini meraih Nobel setelah mengembangkan radio, ketika ia menginjak usia 20 tahun.
Guglielmo Marconi juga berhasil mengirim berita radio melintasi samudera Atlantik, dari Inggris ke Newfoundland, sebuah pulau di Kanada.
Radio masih diminati di tengah gencaran industri digital
Survei Nielsen Indonesia sampai kuartal ketiga tahun 2017 menyebutkan jumlah pendengar radio mencapai 62,3 juta orang yang tersebar di seluruh Indonesia.
Sekarang ini pendendengar radio didominasi anak muda sebanyak 56 persen. Sedangkan 44 persen lainnya orang dewasa.
Radio FM terus mengalami perkembangan teknologi
Penemu radio Guglielmo Marconi awalnya mengembangkan jenis radio Amplitude Modulation atau AM, yang mengirimkan sinyal suara dengan jarak jauh, yakni sekitar 12 mil. Setelah itu ia mulai membangun stasiun radio Frekuensi Modulation atau FM pertama di dunia.
Berbeda dengan AM, radio FM mentransmisikan suara dengan mengubah frekuensi sinyal. Sampai saat ini radio FM menjadi pilihan terbaik untuk saluran komunikasi.
Hari kelahiran Radio Republik Indonesia (RRI) pada 11 September 1945.
RRI didirikan sebulan setelah siaran radio Hosu Kyoku dihentikan tanggal 19 Augustus 1945. Orang-orang yang pernah aktif di radio pada masa penjajahan Jepang menyadari radio merupakan alat yang diperlukan oleh pemerintah Republik Indonesia, yang berfungsi untuk berkomunikasi dan memberi tuntutan kepada rakyat pada masa itu.
Jusuf Ronodipuro, pengucap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Radio Republik Indonesia (RRI)
Siaran Jusuf inilah yang akhirnya banyak didengar orang di seluruh pelosok Indonesia dan dunia. Membuat para pendengar tahu bahwa hari itu Indonesia telah bebas merdeka. Proklamasi yang dibacakan ulang oleh Jusuf membuat dunia tahu bahwa telah lahir sebuah bangsa baru yang berdaulat penuh, bernama Indonesia.
Jusuf juga pencipta slogan RRI “Sekali di udara, tetap di udara” lho Ilisteners!
16 Juni 1925, radio pertama kali mulai mengudara di Indonesia
Waktu itu terbentuk radio milik Hindia Belanda mesih bernama Bataviase Radio Vereniging atau BRV. Sejak itu muncul badan-badan radio siaran lainnya di Indonesia seperti Nederlandsch Indische Radio Omroep Masstchapy atau NIROM di Jakarta, Bandung dan Medan. Kemudian ada Mataramse Verniging Voor Radio Omroep di Yogyakarta dan lain-lain.
Di era 1980 an muncul sandiwara atau drama radio
Bagi Ilisteners yang mengalami masa kecil dan remaja di era 1980 an hingga awal 1990 tentu ingat dengan kalimat pengantar ini:
“Ferry Fadly sebagai Brama Kumbara dan Elly Ernawati sebagai Dewi Mantili.”
Itulah salah satu pembukaan sebelum drama radio Saur Sepuh diperdengarkan di stasiun radio. Beberapa sandiwara radio popular di masyarakat bahkan diangkat ke layar lebar seperti Saur Sepuh, Misteri Gunung Merapi, Tutur Tinular, Brama Kumbara, Ibuku Sayang Ibuku Malang, dan masih banyak judul lagi.
[teks Faradilla Maharani | foto okezone.com, radioromaniacultural.ro, freepik.com, rmoljabar.com, wordpress.com. dollarphoto.com]