Hari Kartini bersama Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa

136
0

IRadio Namu di Hari Kartini ini [21/4], mengunjungi sosok wanita yang pantas kita sebut sebagai Kartini masa kini, yakni, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa.

Bersama Shafira Umm, ibu Khofifah menceritakan pandangannya.

Dari sekian banyak posisi yang pernah ditempatinya, seperti Pimpinan Fraksi P3, wakil ketua DPR RI, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, dan sebagainya, mana yang ibu anggap paling menantang?
“Begini, kalau perempuan itu masuk ke area-area pengambilan keputusan strategis, dia merasa tarikan-tarikan dari segala arah makin tajam. Yang mungkin tadinya senyum sama kita, tiba-tiba jadi melengos, itu saya rasakan ketika PKB berdiri. Saya dipanggil oleh Gus Dur, diminta untuk jadi salah satu ketua lembaga yang diberi kewenangan melakukan recruitment kandidat legislatif. Dari 5 orang salah satunya perempuan dan itu saya.”

“Saya sampai kambuh tipes. Kebayang nggak sih waktu itu, yang namanya persyaratan anggota legislatif itu macam-macam. Dan kita harus teliti jangan sampai ini akan berimbas pada nasib seseorang. Kalau dia dinyatakan tidak lolos karena foto, nah dosa kan kita.”

“Saya menyakini Gus Dur memberikan mandat sudah menghitung, ‘Khofifah mampu’. Jadi saya jaga kepercayaan itu, karena itu sesuatu yang mahal. Sekali kita lepas dari upaya menjaga kepercayaan, akan susah untuk kembali.”

Dukungan keluarga sendiri seperti apa?
“Ibu saya men-support luar biasa. Sebagai orang kampung, ia mewajibakan saya kalau sore sudah di mushola. Kita suka belajar kelompok dan ibu saya yang mengontrolnya. Suami saya juga support luar biasa, sampai menyiapkan konten, berbagi bersama memberikan layanan kepada anak-anak kita, dan pengasuhan. Jadi support keluarga luar biasa.”

Seperti apa ibu menerapkan kemandirian kepada anak?
“Saya rasa mereka terbiasa mandiri sejak kecil. Siapa pun ke rumah saya, mereka akan tahu, bagaimana mereka menyiapkan kebutuhannya sendiri, dan menyapa orang lain. Itu dua hal yang Insya Allah selalu ada dalam diri dan keluarga saya.”

“Anak saya mungkin punya banyak teman, tetapi teman-teman ini tidak tahu bahwa dia anaknya Khofifah, dan dia sangat menjaga itu. Saya senang karena dia pun tak ingin terbebani dengan status itu, sehingga tidak leluasa naik busway. Saya juga turut menjaga ini, karena mereka harus menjadi diri mereka, be your self and do the best.”

Sesulit apa sih peranan perempuan berada di dunia politik?
“Saya takut problem terbesar dari internal perempuan sendiri. Dia sibuk dengan dirinya, sebenarnya peluang di negeri ini sudah luar biasa. Kalau di Asia kan banyak sekali terdongkrak perjalanan politiknya dari trah keluarga, apakah di Pakistan, Filipina, atau di Thailand, termasuk di Indonesia. Bagaimana seorang bung Karno mendidik ibu Mega, dan itu juga dialami oleh Qori Aquino misalnya. Nah, posisi-posisi yang menjadi perjalanan politis pemimpin-pemimpin perempuan di Asia, itu menjadi perjalanan yang menurut saya cukup bisa untuk memberikan ruang perempuan untuk muncul.”

“Tapi bagaimana jika dia bukan anak Gubernur, anak Jendreal, kalau misalkan di P3 atau PKB, dia bukan anak kyai besar seperti saya yang biasa saja. Karenanya be your self and do the best, itu menjadi sangat penting. Bagaimana kita menjadi diri kita, jangan melakukan perilaku-perilaku seolah-olah kita anak siapa, jadi nanti akan sibuk mencari formula-formula seperti itu. Kenapa kita tidak mencoba membangun kekuatan kepada capacity yang kita miliki. Kalau kita sudah membangun kemandirian dalam diri kita, saya rasa kita bisa terus menggali capacity yang belum kita maksimalkan.”

Ibu Khofifah

Jumlah anak terlantar kurang lebih 4,1 juta, anak jalanan 35 ribu, hal apa yang dilakukan untuk mengatasinya?
“Kita berangkat dari undang-undang yang mengatur Pemerintah Daerah, undang-undang 23, 2014. Sesunguhnya ini wilayah tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Kota, memang di setiap Kabupaten Kota punya shelter. Kita juga melihat banyak yang harus kita edukasi, orangtua yang hilang tanggung jawabnya, bahkan melalukan eksploitasi terhadap anak mereka. Kembali ke undang-undang perlindungan anak, tentang tanggung jawab yang pertama dari perlindungan kepada anak-anak adalah orangtua.”

“Selanjutnya, bagaimana kita mengedukasi orangtua supaya mereka sadar. Ketika mereka mengambil keputusan untuk hamil dan melahirkan, maka punya tanggung jawab untuk merawat kehamilan dan anaknya. kita punya undang-undang nomor satu tahun 1974 ,itu mengatur pernikahan. Artinya sebuah pernikahan adalah sesuatu yang sakral, ini bukan tempat transit saja, tetapi sering kali kita melihat, suka ya diteruskan, tidak ya selesai. Kalau kita punya kepercayaan yang sama dan saling membangun kesepahamanan, menurut saya, kita sedang membangun sebuah keluarga. Kalau dalam pesantren, kita membangun sakinah atau ketenangan, kebahagiaan, dan kasih sayang.”

Sebagai Menteri Sosial, target kerja utama apa yang didahulukan untuk diselesaikan?
“Kalau anak-anak terlantar, mereka terafiliasi ke sebuah Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak [LKSA]. Sekitar 153 ribuan anak di-support oleh Kementerian Sosial. Mereka ada di 5.778 LKSA yang berbasis panti atau non-panti. Mereka mendapat support 1,1 juta setahun melalui buku tabungan mereka. Tapi memang yang harus kita tangani juga cukup besar, sehingga belum bisa support ke semua yang semestinya kita bisa lakukan dengan perlindungan, pengasuhan, dan pendidikan. Jadi sebetulnya peran serta masyarakat yang sudah ada luar biasa.”

Menurut ibu tentang anggapan “perempuan harus bisa masak”?
“Saya tetap mengajak, berkarir setinggi apapun, dengan membawa take home pay sebesar apapun, tapi tetap menjaga kodrat perempuan; hamil, melahirkan, menyusui. Betapa nikmatnya ketika kita bisa memaksimalkan fungsi-fungsi kodrati yang Allah telah berikan kepada kita.”

“Ada yang khawatir kalau hamil atau kasih Asi, tubuhnya kenapa-napa, padahal alangkah indahnya kita punya kemampuan mendidik generasi bangsa, dan itu yang kita lahirkan. Mungkin ada yang merasa tidurnya keganggu, dan mungkin itu menjadi sebuah kenikmatan. Jadi fungsi kodrati perempuan saya berharap bisa dijaga.”

“Pada suatu saat saya masak, dan keempat anak saya berjejer menunggu masakan saya. Pernah saya yang main game dan mereka yang masak, dan itu mereka masak. Mmm itu indah dan nikmat sekali.”

Ahh karena durasi yang sudah mencapai batasnya, perbincangan dengan tokoh Kartini masa kini, ibu Khofifah pun selesai. Kapasitasnya sebagai Menteri Sosial di Kabinet Kerja akan berakhir di tahun 2019 nanti. [teks @bartno | foto Bisma]

LEAVE A REPLY