Presiden SBY : Ainun Habibie adalah sosok perempuan pejuang

99
0

Jakarta (25/05/10) Jenazah mantan ibu negara RI Hasri Ainun Habibie siang tadi dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta. Almarhumah dimakamkan dengan upacara kenegaraan yang dipimpin inspektur upacara Presiden Ssusilo Bambang Yudhoyono. Dalam sambutannya, Presiden menyampaikan rasa belasungkawa sedalam-dalamnya dan berkabung atas meninggalnya Hasri Ainun Habibie. Presiden menilai almarhumah sebagai perempuan pejuang, kemanusiaan dan keluarga panutan. Dedikasinya pada nilai-nilai kemanusiaan dan negara menjadikan almarhumah layak mendapatkan penghargaan mahaputra adiputra dan mahaputra adi purna dari negara.

Pada kesempatan yang sama adik BJ Habibie, Fanny Habibie, selaku wakil keluarga almarhumah menyampaikan penghargaan dan terima kasih pada pemerintah Indonesia yang sudah memberikan perhatian pada almarhumah, baik berupa transportasi dari Jerman maupun penyelanggaraan prosesi pemakaman secara kenegaraan.

Pada kesempatan sama, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Jimly Asshiddiqie menyampaikan kenangannya atas almarhuman Ainun Habibie. Ia menilai, meski berpengaruh, Ainun Habibie tidak pernah ikut campur dalam urusan pemerintahan. Ainun adalah istri yang tegar dan ikut menenangkan Habibie ketika masa-masa sulit awal reformasi, termasuk ketika laporan pertanggungjawaban Habibie ditolak MPR RI saat itu. Jimly menambahkan, Ainun Habinie juga dikenal sebagai pemerhati sosial dan kesehatan, terutama cita-citanya memasukkan ketentuan donor mata dalam Undang-Undang Kesehatan.

I-listeners, Hasri Ainun Habibie meninggal di Rumah Sakit Munchen Jerman, pada sabtu sore waktu setempat. Ainun Habibie sempat dirawat hampir 2 bulan karena menderita penyakit kanker usus dan  sempat menjakani 12 operasi dalam satu bulan. Ainun menikah dengan BJ Habibie pada Mei tahun 1962. Ainun meninggalkan dua anak, Ilham Akbar dan Thareq Kemal, serta empat orang cucu. Semasa hidupnya Ainun menerima tiga tanda jasa, yaitu Mahaputera Utama tahun 1982, Mahaputra Adipurna dan Mahaputra Adipradana tahun 1998.(bas/eko)

LEAVE A REPLY