Patricia Yosita Hapsari Berambisi Naik Podium di Asian Games 2018

74
0

Di usianya yang ke-25, Yosita telah menjadi atlet renang unggulan Indonesia. Mulai dari rekor nasional dan medali perunggu SEA Games telah dikantonginya. Kini, wanita yang akan mewakili Indonesia di Asian Games ini berbagi soal persiapannya untuk ajang tersebut, rasa cintanya pada olahraga renang, serta pandangannya tentang profesi atlet.

Bagaimana awal mula Anda menjadi atlet renang?

Sejak kecil saya memang senang bermain di air. Lalu, pelatih saya melihat kalau saya memiliki potensi. Akhirnya, saya mulai serius menekuni olahraga renang sekitar usia 11 tahun.

Lalu, pada umur 16 tahun saya sudah rutin latihan setiap hari. Di usia itu pula saya mulai masuk ke pelatihan nasional (pelatnas). Sejak saat itu renang telah menjadi bagian dari hidup saya.

Mengapa memilih menekuni olahraga ini?

Waktu kelas tiga SD, saya sempat tidak mau berenang lagi. Karena saya harus bangun pagi tiap hari untuk latihan. Kan capek! Pernah mencoba melukis, tapi kalau melukis—layaknya seni yang lain—cenderung subjektif. Sedangkan, dalam olahraga renang, penilaiannya terasa lebih adil buat saya. Tapi, pada dasarnya saya memang selalu merasa senang kalau berada di dalam air.

Sebagai seorang atlet, Anda memulai karier sejak kecil. Apakah itu menjadi tantangan ketika menuntut pendidikan?

Tantangan seorang atlet memang menyeimbangkan waktu antara sekolah dan latihan. Terlebih ketika sudah masuk pelatnas yang jadwal latihannya sangat padat. Saya sendiri memilih untuk home schooling sejak kelas dua SMA.

Namun, bukan berarti olahraga ini “menghalangi” saya menuntut pendidikan. Malah, lewat olahraga ini saya mendapatkan beasiswa penuh untuk kuliah di California Baptist University, Amerika Serikat. Di sana, selain kuliah saya juga tetap aktif mengikuti berbagai kompetisi renang.

Apa ada perbedaan ketika berlatih di Indonesia dengan berlatih di Amerika Serikat?

Pastinya ada. Kalau dari segi metode, sebenarnya tidak terlalu berbeda. Yang berbeda justru di suasana ketika latihan. Kalau di pelatnas, suasananya lebih ambisius karena setiap individu ingin menang. Berbeda dengan di Amerika yang pada waktu itu terasa lebih kekeluargaan, rasanya renang itu seperti olahraga tim bukan individu.

Anda sendiri lebih merasa nyaman di mana?

Sepertinya sama saja kalau buat saya. Ketika di Amerika, meski nyaman dengan lingkungannya, saya harus menjalaninya sambil kuliah. Kalau di pelatnas, saya hanya berenang saja. Jadi, gak pusing dengan tugas dan ujian!

Anda akan mewakili Indonesia di Asian Games mendatang. Untuk nomor apa saja?

Saya akan turun di nomor 500m dan 100m untuk gaya bebas. Juga, di tiga nomor estafet.

Menurut Anda, bagaimana peluang Indonesia untuk cabang renang di Asian Games?

Renang itu olahraga yang terukur, sehingga lebih mudah untuk melihat peta kekuatannya. Untuk Asian Games, harus diakui kalau Indonesia masih tertinggal dari Jepang, Cina, bahkan Singapura. Tapi, saya rasa setiap atlet punya ambisi untuk membawa nama Indonesia ke podium. Target saya sendiri adalah minimal mempertajam rekor nasional yang sudah saya raih sebelumnya.

Apa tantangan ketika menjadi atlet wanita?

Saya rasa atlet wanita di Indonesia kurang mendapat perhatian. Entah mengapa masyarakat lebih suka atlet pria. Kalau mau bicara tentang kontrak, nominal kontrak atlet wanita bisa jauh lebih kecil dibandingkan atlet pria. Padahal, prestasinya tak kalah lho.

Selain itu, ketika menjadi atlet wanita kadang muncul rasa tidak pede akan penampilan tubuh. Banyak atlet wanita yang berhenti berkarier di usia remaja karena takut bentuk tubuhnya tak terlihat “feminin” lagi.

Oh, ya? Anda sendiri pernah merasa tidak pede dengan bentuk tubuh?

Dulu saya pernah seperti itu. Sering sekali berpikir, “Aduh, kulit saya hitam sekali ya karena berenang setiap hari,” atau, “Kok bahu saya lebar sekali,”. Pernah juga merasa kalau tubuh saya itu kekar kalau dibandingkan wanita lain.

Namun, sekarang sudah tidak lagi karena saya menyadari kalau ini adalah bagian dari profesi saya sebagai atlet. Lagi pula kan sekarang katanya kalau kulit hitam itu eksotis, jadi ya sudahlah cuek saja. Haha!

Pernah ada atlet muda yang curhat soal ini ke Anda?

Sepertinya atlet-atlet muda saat ini lebih cuek. Malah, ada juga atlet renang yang berhijab. Saya rasa atlet-atlet sekarang mentalnya lebih tough dan percaya diri. Dan, itu keren!

Last question, kalau tidak jadi atlet renang kira-kira Anda akan berprofesi sebagai apa?

Wah… Apa ya? Hmmm, mungkin atlet voli? Haha itu sama saja ya ujung-ujungnya jadi atlet juga. Sejujurnya, tidak pernah terpikir profesi yang lain sih selain menjadi atlet renang.

Source: Cosmopolitan Indonesia

LEAVE A REPLY